Minggu, 22 Februari 2009

PENGGUNAAN CANGKANG UDANG KE TERNAK "ITIK ALABIO"

Memelihara itik secara intensif dalam pemeliharaan yang dipusatkan dalam kandang dengan ren dan kolam seperlunya, dengan sendirinya kita perlu menyediakan pakan yang memenuhi syarat-syarat bagi itik tersebut, guna mencukupi keperluan untuk hidup pokoknya dan untuk menghasilkan telur yang berproduksi tinggi.

Sebenarnya faktor pakan sangat berpengaruh atau bahkan merupakan faktor yang berpengaruh dalam usaha peternakan itik alabio yang berkisar antara 60-70% dari seluruh biaya produksi.
Menurut (Wirjoprajitno, 1984) makanan itik terbagi tiga periode, berdasarkan umur itik yaitu:
1. Periode itik anak (umur 1-6 atau 8 minggu)
2. Periode itik sedang tumbuh (umur 6 atau 8-12 minggu) atau mulai bertelur
3. Periode itik bertelur ( lebih dari 12 minggu).

Syarat pakan yang baik untuk ternak itik adalah sebagai berikut:
1. Ransum disusun dari bahan-bahan makanan yang mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Susunlah dari beberapa jenis bahan makanan, semakin banyak ragamnya semakin baik, terutama dari sumber protein hewani.
2. Setiap bahan makanan digiling halus, kemudian dipadatkan dalam bentuk pil atau butiran, agar jangan banyak tercecer waktu itik memakannya. Bahan yang biasa digunakan untuk pakan itik adalah; dedak, jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur, tepung tulang, kepala/kulit udang dan lain-lain.
3. Jumlah pemberian dan kadar protein di sesuaikan dengan umur pertumbuhan dan produksi telur.
4. Tempat makanan harus dicegah jangan sampai tercemar jamur ataupun bakteri. Jadi harus selalu dalam keadaan bersih dan kering.
5. Sesuaikan jumlah tempat makanan dan minuman dengan jumlah itik.
Tabel 3. Pedoman Pemberian Pakan pada 100 Ekor Itik Menurut (Wirjoprajitno, 1984)
Umur Makanan selama Jumlah Keterangan
A. Anak itik
1 minggu
2 minggu
3 minggu
4 minggu
5 minggu
6 minggu 1 minggu
1 minggu
1 minggu
1 minggu
1 minggu
1 minggu 6 kg
12 kg
18 kg
24 kg
30 kg
36 kg Pada akhir minggu ke VI jumlah ransum sehari untuk 100 ekor 5,5 kg atau 55 gram/ ekor.
B. Itik muda
6-8 minggu
8-10 minggu
10-11 minggu
11-12 minggu
12-13 minggu
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
6-7 kg
7-8 kg
8-9 kg
9-10 kg
10-11 kg
Pemberian makanan dari sistem bubur secara berangsur-angsur di rubah ke sistem tepung dan butiran. Makanan diberikan 3 kali sehari
C. Itik dewasa
3-4 bulan
4-5 bulan
5-6 bulan
Petelur & bibit

1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
12-13 kg
14-15 kg
15-18 kg
Lebih 18 kg
Makanan diberikan 2 kali sehari, pagi makanan berbutir. Perlu disediakanbak yang diberi grit dalam kandang

Bahan pakan sumber energi untuk itik antara lain adalah dedak padi, jagung, tepung singkong, nasi kering, roti afkir, dan mie afkir, namun dalam pemberiann pakan sebaiknya tidak dalam bentuk kering. Sebagai contoh perendaman diperlukan jika itik diberi nasi kering, sehingga nasi tersebut agak menjadi lunak atau lembek dan dapat ditelan dengan mudah oleh itik.

Bahan pakan sumber protein yang sangat disukai oleh itik dalam bentuk segar adalah ikah rucah, cangkang udan dan keong, namun pemberiannya harus dalam ukuran yang cukup kecil untuk memudahkan itik menelannya. Selain itu berbagai jenis bahan pakan sumber protein yang berbentuk tepung dapat diberikan kepada itik antara lain bungkil kelapa, tepung ikan dan bekicot.

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Beberapa Bahan Pakan (Peternakan.Litbang.Deptan.go.id)
Jenis bahan Energi metabolis (kkal-kg) Protein kasar (%) Fosfor tersedia (%) Kalsium tersedia (%) Metionin (%) Lisin (%)
Dedak padi 2.400 12,0 1.0 0,20 0,25 0,45
Menir 2.660 10,3 0,12 0,09 0,17 0,30
Jagung 3.300 8,5 0,30 0,02 0,18 0,20
Bungkil kelapa 1,410 18,6 0,60 0,10 0,30 0,55
cangkang udang 2.000 30,0 1.15 7,86 0,57 1,50
Ikan rucah segar 3.122 64,33 3,37 4,15 1,79 5,07
Tepung ikan 2.960 55,11 2,85 5,30 1,79 5,07
Tepung bekicot 2.700 44.0 0,43 0,69 0,89 7,72
Limbah roti - 10,50 0,13 0,17 - -
Tepung keong mas - 46,20 0,35 2,98 0,30 1,37
Tepung singkong 3.200 2,00 0,40 0,33 0,01 0,07
Mengingat harga pakan yang lebih tinggi biayanya. Dan mempengaruhi biaya produksi sebesar 60-70% dari total pengeluaran usaha peternakan, untuk itu diperlukan alternative pakan seperti tabel diatas yang mempunyai kandungan yang tidak kalah dengan pakan komersil lainnya, namun dalam mencari bahan yang akan dipakai harus sesuai dengan kadar protein dan energi yang diperlukan oleh ternak itu sendiri. Contoh dalam pemanfaatan pakan alternatif adalah dengan penggunaan cangkang udang.

Tabel 5. Produksi Telur di Indonesia Tahun 2002-2006 (Badan Pusat Statistik, 2006)
Jenis ternak Tahun
2002 2003 2004 2005
Itik 21,8 21,2 22,2 21,4


Gambar 3. Telur dan Kuning Telur Itik Alabio
(wikibooks.org/wiki/telur itik dan picassa web.google.com)

E. Nilai gizi telur itik
Bahan makanan telur mempunyai beberapa kelebihan, telur mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh, rasanya enak, mudah dicerna, menimbulkan rasa segar dan kuat dan tubuh, serta dapat menjadi berbagai macam produk makanan.

Telur itik, protein lebih banyak terdapat pada bagain kuning telur sebanyak 17% sedangkan pada putihnya 11%. Protein telur terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur mengandung semua asam amina esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.

Suatu penelitian dengan percobaan diketahui bahwa telur mempunyai kandungan nilai keguaan protein (Net Protein Utilization) 100%, bandingkan dengan daging ayam (80%) dan susu (75%).

Fungsi trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur berbentuk emulsi (bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi, anak-anak, maupun golongan lanjut usia.

F. Cangkang Udang


Gambar 4. cangkang udang

Karakteristik udang menurut (wikipedia, 2009) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia
Filum : Anthropoda
Upafilum : Crustacea
Kelas : Mala costraca
Ordo : Decapoda
Upaordo : Pleocyemata
Infraordo : Caridea

Udang merupakan sasaran eksport non migas yang di mulai digalakkan sejak tahun 1987 kini sudah menjadi industri yang handal dan memberikan banyak hasil. (Rasyaf, 1990) udang yang di eksport itu umumnya tidak utuh dengan kulit pembungkus dan kepalanya, oleh karena itu dibagian ini lah yang dinamakan limbah industri udang. Limbah industri udang ini ternyata dapt digunakan sebagai bahan makanan unggas, setelah dikeringkan dan digiling halus. Kualitas bahan makanan ini tentu saja tergantung pada bagian mana dari tubuh udang yang dijadikan limbah.

Cangkang udang dapat diolah menjadi tepung untuk makanan ternak dan ikan budidaya, akan tetapi karena kandungan khitinnya yang tinggi maka daya cerna tepung udang ini rendah, sehingga kurang disukai sebagi sumber protein (Putro, 1987). Walaupun demikian tepung limbah udang sering dipakai sebagai suplemen makanan unggas dan ikan terutama sebagai sumber pigmen asthaxatin agar warna kuning telur dan daging menjadi cerah kemerahan dengan batas penggunaan 30% (Sinurat, 1995). Sedangkan (Purwatiningsih, 1995) menyatakan bahwa limbah yang berupa kepala udang masih bisa dimanfaatkan hingga 15% menjadi produk lanjut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi misalnya khitin, tepung ikan untuk pakan ternak, dan flavour udang.

Limbah cangkang udang dapat dimanfaatkan lebih optimal khususnya sebagian pengganti tepung ikan dalam pakan mendukung program peningkatan produksi peternakan. Terutama dalam usaha meningkatkan devisa ekspor non migas. Hal ini mengingat bahwa Indonesia masih banyak mendatangkan tepung ikan dari luar dan jumlahnya selalu meningkat setiap tahun.

Peluang dalam inovasi pengolahan limbah cangkang udang yang berbasis bio industri perikanan dan perlautan. Sebab, limbah tersebut merupakan sumber potensial pembuatan kitin dan khitosan, yakni biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang industri.

Khitin dan khitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia, enzimologi, obat-obatan, pertanian, pangan gizi, mikrobiologi, industri membran (film), tekstil, kosmetik, dan lain sebagainya. Diluar negeri teknologi pengolahan limbah cangkang udang ini sudah sangat maju sehingga mereka maapu menghasilkan produk khitosan dengan berbagai variasi dan kegunaan.

Cangkang udang jenis udang windu mengandung zat khitin sekitar 99,1%. Dengan teknologi sederhana dan bahan-bahan yang cukup murah, serta mudah didapatkan didalam negeri, dalam proses pengolahan limbah cangkang udang tersebut akan dihasilkan khitin dan khitosan yang cukup berkualitas, tetapi bahan bakunya berupa limbah dan berasal dari sumber daya lokal (local content) (Prasetyo, 2002).
Cangkang udang terdiri dari kepala dan kulit, merupakan limbah yang banyak ditemui didaerah pantai terutama didaerah yang mempunyai pabrik udang dan penampungan udang untuk ekspor. Cangkang udang yang basah mempunyai kadar air 60-65% dan apabila dikeringkan mengandung 50% protein kasar, 11% calcium dan 1,95% fosfor. Pemberian cangkang udang kering hingga 30% dapat meningkatkan produksi telur itik cukup tinggi (Prasetyo, 2002).

Kandungan gizi tepung cangkang udang adalah protein 53,74%, lemak 6,65%, karbohidrat 0%, serat kasar 14,61%, abu 7,72%, dan air 17,28% (Mujiman, 1991). Sedangkan (Rasyaf, 1994) menyatakan tepung cangkang udang mengandung protein kasar antara 35-45% dan berkualitas baik disamping itu juga mengandung mineral yang baik, bagi unggas bahan makanan ini dapat digunakan sebagai pendamping atau dikombinasikan dengan tepung ikan dan bahan sumber nabati lainnya. Pada ayam petelur pemberian tepung cangkang udang dibawah 7% agar tidak mengganggu palatabilitas dan aroma, pada ayam pedaging dan unggas pedaging lainnya dapat diberikan antara 8%-14%. Serat kasarnya tinggi maka penggunaan tepung ini diperlukan 15% (Murtidjo, 1992).

G. Pengolahan Tepung Cangkang Udang
Pengolahan tepung cangkang udang yakni, dimulai dengan penimbangan bahan baku cangkang udang untuk mengetahui bobot awal sebelum diproses. Kemudian proses perebusan, selanjutnya cangkang udang tersebut direbus sampai masak setelah itu proses pengeringan, cangkang udang yang sudah direbus ditiriskan dan selanjutnya dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering sampai kadar airnya mencapai 15%. Kemudian proses sekundernya yakni penggilingan, cangkang udang yang sudah kering tersebut kemudian digiling dengan menggunakan mesin penggiling hingga menjadi tepung. Pengayakan, pengayakan dilakukan untuk memisahkan bagian-bagian yang kasar dari tepung tersebut. Dan penimbangan akhir, dilakukan untuk mengetahui berat tepung yang dihasilkan.

H. Penambahan Cangkang Udang dalam Pakan
Menurut (Rasyaf, 1994) tepung cangkang udang mengandung protein kasar antara 35% hingga 45% dan berkualitas baik disamping itu juga mengandung mineral yang baik, bagi unggas bahan makanan ini dapat digunakan sebagai pendamping atau di kombinasikan dengan tepung ikan dan bahan sumber nabati. Pada ayam petelur pemberian tepung cangkang udang dibawah 7% agar tidak menggangu palatabilitas dan aroma pada ayam pedaging dan unggas pedaging lainnya dapat diberikan antara 8% hingga 14%. Sedang (Murtidjo, 1992) menyatakan karena pada umumnya serat kasar tinggi maka penggunaan tepung ini diperlukan sampai 15%. Dengan batas penggunaan 30% tepung limbah udang juga dapat digunakan sebagai suplemen makanan unggas dan ikan terutama sebagai sumber pigmen asthaxatin agar warna kuning telur dan daging menjadi cerah kemerahan (Sinurat, 1999). Sedangkan penggunaan diatas 20% dapat mempengaruhi pertumbuhan itik alabio jantan karena dapat mengurangi palatabilitas dan aroma sehingga nafsu mayam berkurang dan terjadi penurunan berat badan.

Tidak ada komentar: