Minggu, 22 Februari 2009

PENGGUNAAN CANGKANG UDANG KE TERNAK "ITIK ALABIO"

Memelihara itik secara intensif dalam pemeliharaan yang dipusatkan dalam kandang dengan ren dan kolam seperlunya, dengan sendirinya kita perlu menyediakan pakan yang memenuhi syarat-syarat bagi itik tersebut, guna mencukupi keperluan untuk hidup pokoknya dan untuk menghasilkan telur yang berproduksi tinggi.

Sebenarnya faktor pakan sangat berpengaruh atau bahkan merupakan faktor yang berpengaruh dalam usaha peternakan itik alabio yang berkisar antara 60-70% dari seluruh biaya produksi.
Menurut (Wirjoprajitno, 1984) makanan itik terbagi tiga periode, berdasarkan umur itik yaitu:
1. Periode itik anak (umur 1-6 atau 8 minggu)
2. Periode itik sedang tumbuh (umur 6 atau 8-12 minggu) atau mulai bertelur
3. Periode itik bertelur ( lebih dari 12 minggu).

Syarat pakan yang baik untuk ternak itik adalah sebagai berikut:
1. Ransum disusun dari bahan-bahan makanan yang mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Susunlah dari beberapa jenis bahan makanan, semakin banyak ragamnya semakin baik, terutama dari sumber protein hewani.
2. Setiap bahan makanan digiling halus, kemudian dipadatkan dalam bentuk pil atau butiran, agar jangan banyak tercecer waktu itik memakannya. Bahan yang biasa digunakan untuk pakan itik adalah; dedak, jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur, tepung tulang, kepala/kulit udang dan lain-lain.
3. Jumlah pemberian dan kadar protein di sesuaikan dengan umur pertumbuhan dan produksi telur.
4. Tempat makanan harus dicegah jangan sampai tercemar jamur ataupun bakteri. Jadi harus selalu dalam keadaan bersih dan kering.
5. Sesuaikan jumlah tempat makanan dan minuman dengan jumlah itik.
Tabel 3. Pedoman Pemberian Pakan pada 100 Ekor Itik Menurut (Wirjoprajitno, 1984)
Umur Makanan selama Jumlah Keterangan
A. Anak itik
1 minggu
2 minggu
3 minggu
4 minggu
5 minggu
6 minggu 1 minggu
1 minggu
1 minggu
1 minggu
1 minggu
1 minggu 6 kg
12 kg
18 kg
24 kg
30 kg
36 kg Pada akhir minggu ke VI jumlah ransum sehari untuk 100 ekor 5,5 kg atau 55 gram/ ekor.
B. Itik muda
6-8 minggu
8-10 minggu
10-11 minggu
11-12 minggu
12-13 minggu
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
6-7 kg
7-8 kg
8-9 kg
9-10 kg
10-11 kg
Pemberian makanan dari sistem bubur secara berangsur-angsur di rubah ke sistem tepung dan butiran. Makanan diberikan 3 kali sehari
C. Itik dewasa
3-4 bulan
4-5 bulan
5-6 bulan
Petelur & bibit

1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
12-13 kg
14-15 kg
15-18 kg
Lebih 18 kg
Makanan diberikan 2 kali sehari, pagi makanan berbutir. Perlu disediakanbak yang diberi grit dalam kandang

Bahan pakan sumber energi untuk itik antara lain adalah dedak padi, jagung, tepung singkong, nasi kering, roti afkir, dan mie afkir, namun dalam pemberiann pakan sebaiknya tidak dalam bentuk kering. Sebagai contoh perendaman diperlukan jika itik diberi nasi kering, sehingga nasi tersebut agak menjadi lunak atau lembek dan dapat ditelan dengan mudah oleh itik.

Bahan pakan sumber protein yang sangat disukai oleh itik dalam bentuk segar adalah ikah rucah, cangkang udan dan keong, namun pemberiannya harus dalam ukuran yang cukup kecil untuk memudahkan itik menelannya. Selain itu berbagai jenis bahan pakan sumber protein yang berbentuk tepung dapat diberikan kepada itik antara lain bungkil kelapa, tepung ikan dan bekicot.

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Beberapa Bahan Pakan (Peternakan.Litbang.Deptan.go.id)
Jenis bahan Energi metabolis (kkal-kg) Protein kasar (%) Fosfor tersedia (%) Kalsium tersedia (%) Metionin (%) Lisin (%)
Dedak padi 2.400 12,0 1.0 0,20 0,25 0,45
Menir 2.660 10,3 0,12 0,09 0,17 0,30
Jagung 3.300 8,5 0,30 0,02 0,18 0,20
Bungkil kelapa 1,410 18,6 0,60 0,10 0,30 0,55
cangkang udang 2.000 30,0 1.15 7,86 0,57 1,50
Ikan rucah segar 3.122 64,33 3,37 4,15 1,79 5,07
Tepung ikan 2.960 55,11 2,85 5,30 1,79 5,07
Tepung bekicot 2.700 44.0 0,43 0,69 0,89 7,72
Limbah roti - 10,50 0,13 0,17 - -
Tepung keong mas - 46,20 0,35 2,98 0,30 1,37
Tepung singkong 3.200 2,00 0,40 0,33 0,01 0,07
Mengingat harga pakan yang lebih tinggi biayanya. Dan mempengaruhi biaya produksi sebesar 60-70% dari total pengeluaran usaha peternakan, untuk itu diperlukan alternative pakan seperti tabel diatas yang mempunyai kandungan yang tidak kalah dengan pakan komersil lainnya, namun dalam mencari bahan yang akan dipakai harus sesuai dengan kadar protein dan energi yang diperlukan oleh ternak itu sendiri. Contoh dalam pemanfaatan pakan alternatif adalah dengan penggunaan cangkang udang.

Tabel 5. Produksi Telur di Indonesia Tahun 2002-2006 (Badan Pusat Statistik, 2006)
Jenis ternak Tahun
2002 2003 2004 2005
Itik 21,8 21,2 22,2 21,4


Gambar 3. Telur dan Kuning Telur Itik Alabio
(wikibooks.org/wiki/telur itik dan picassa web.google.com)

E. Nilai gizi telur itik
Bahan makanan telur mempunyai beberapa kelebihan, telur mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh, rasanya enak, mudah dicerna, menimbulkan rasa segar dan kuat dan tubuh, serta dapat menjadi berbagai macam produk makanan.

Telur itik, protein lebih banyak terdapat pada bagain kuning telur sebanyak 17% sedangkan pada putihnya 11%. Protein telur terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur mengandung semua asam amina esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.

Suatu penelitian dengan percobaan diketahui bahwa telur mempunyai kandungan nilai keguaan protein (Net Protein Utilization) 100%, bandingkan dengan daging ayam (80%) dan susu (75%).

Fungsi trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur berbentuk emulsi (bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi, anak-anak, maupun golongan lanjut usia.

F. Cangkang Udang


Gambar 4. cangkang udang

Karakteristik udang menurut (wikipedia, 2009) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia
Filum : Anthropoda
Upafilum : Crustacea
Kelas : Mala costraca
Ordo : Decapoda
Upaordo : Pleocyemata
Infraordo : Caridea

Udang merupakan sasaran eksport non migas yang di mulai digalakkan sejak tahun 1987 kini sudah menjadi industri yang handal dan memberikan banyak hasil. (Rasyaf, 1990) udang yang di eksport itu umumnya tidak utuh dengan kulit pembungkus dan kepalanya, oleh karena itu dibagian ini lah yang dinamakan limbah industri udang. Limbah industri udang ini ternyata dapt digunakan sebagai bahan makanan unggas, setelah dikeringkan dan digiling halus. Kualitas bahan makanan ini tentu saja tergantung pada bagian mana dari tubuh udang yang dijadikan limbah.

Cangkang udang dapat diolah menjadi tepung untuk makanan ternak dan ikan budidaya, akan tetapi karena kandungan khitinnya yang tinggi maka daya cerna tepung udang ini rendah, sehingga kurang disukai sebagi sumber protein (Putro, 1987). Walaupun demikian tepung limbah udang sering dipakai sebagai suplemen makanan unggas dan ikan terutama sebagai sumber pigmen asthaxatin agar warna kuning telur dan daging menjadi cerah kemerahan dengan batas penggunaan 30% (Sinurat, 1995). Sedangkan (Purwatiningsih, 1995) menyatakan bahwa limbah yang berupa kepala udang masih bisa dimanfaatkan hingga 15% menjadi produk lanjut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi misalnya khitin, tepung ikan untuk pakan ternak, dan flavour udang.

Limbah cangkang udang dapat dimanfaatkan lebih optimal khususnya sebagian pengganti tepung ikan dalam pakan mendukung program peningkatan produksi peternakan. Terutama dalam usaha meningkatkan devisa ekspor non migas. Hal ini mengingat bahwa Indonesia masih banyak mendatangkan tepung ikan dari luar dan jumlahnya selalu meningkat setiap tahun.

Peluang dalam inovasi pengolahan limbah cangkang udang yang berbasis bio industri perikanan dan perlautan. Sebab, limbah tersebut merupakan sumber potensial pembuatan kitin dan khitosan, yakni biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang industri.

Khitin dan khitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia, enzimologi, obat-obatan, pertanian, pangan gizi, mikrobiologi, industri membran (film), tekstil, kosmetik, dan lain sebagainya. Diluar negeri teknologi pengolahan limbah cangkang udang ini sudah sangat maju sehingga mereka maapu menghasilkan produk khitosan dengan berbagai variasi dan kegunaan.

Cangkang udang jenis udang windu mengandung zat khitin sekitar 99,1%. Dengan teknologi sederhana dan bahan-bahan yang cukup murah, serta mudah didapatkan didalam negeri, dalam proses pengolahan limbah cangkang udang tersebut akan dihasilkan khitin dan khitosan yang cukup berkualitas, tetapi bahan bakunya berupa limbah dan berasal dari sumber daya lokal (local content) (Prasetyo, 2002).
Cangkang udang terdiri dari kepala dan kulit, merupakan limbah yang banyak ditemui didaerah pantai terutama didaerah yang mempunyai pabrik udang dan penampungan udang untuk ekspor. Cangkang udang yang basah mempunyai kadar air 60-65% dan apabila dikeringkan mengandung 50% protein kasar, 11% calcium dan 1,95% fosfor. Pemberian cangkang udang kering hingga 30% dapat meningkatkan produksi telur itik cukup tinggi (Prasetyo, 2002).

Kandungan gizi tepung cangkang udang adalah protein 53,74%, lemak 6,65%, karbohidrat 0%, serat kasar 14,61%, abu 7,72%, dan air 17,28% (Mujiman, 1991). Sedangkan (Rasyaf, 1994) menyatakan tepung cangkang udang mengandung protein kasar antara 35-45% dan berkualitas baik disamping itu juga mengandung mineral yang baik, bagi unggas bahan makanan ini dapat digunakan sebagai pendamping atau dikombinasikan dengan tepung ikan dan bahan sumber nabati lainnya. Pada ayam petelur pemberian tepung cangkang udang dibawah 7% agar tidak mengganggu palatabilitas dan aroma, pada ayam pedaging dan unggas pedaging lainnya dapat diberikan antara 8%-14%. Serat kasarnya tinggi maka penggunaan tepung ini diperlukan 15% (Murtidjo, 1992).

G. Pengolahan Tepung Cangkang Udang
Pengolahan tepung cangkang udang yakni, dimulai dengan penimbangan bahan baku cangkang udang untuk mengetahui bobot awal sebelum diproses. Kemudian proses perebusan, selanjutnya cangkang udang tersebut direbus sampai masak setelah itu proses pengeringan, cangkang udang yang sudah direbus ditiriskan dan selanjutnya dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering sampai kadar airnya mencapai 15%. Kemudian proses sekundernya yakni penggilingan, cangkang udang yang sudah kering tersebut kemudian digiling dengan menggunakan mesin penggiling hingga menjadi tepung. Pengayakan, pengayakan dilakukan untuk memisahkan bagian-bagian yang kasar dari tepung tersebut. Dan penimbangan akhir, dilakukan untuk mengetahui berat tepung yang dihasilkan.

H. Penambahan Cangkang Udang dalam Pakan
Menurut (Rasyaf, 1994) tepung cangkang udang mengandung protein kasar antara 35% hingga 45% dan berkualitas baik disamping itu juga mengandung mineral yang baik, bagi unggas bahan makanan ini dapat digunakan sebagai pendamping atau di kombinasikan dengan tepung ikan dan bahan sumber nabati. Pada ayam petelur pemberian tepung cangkang udang dibawah 7% agar tidak menggangu palatabilitas dan aroma pada ayam pedaging dan unggas pedaging lainnya dapat diberikan antara 8% hingga 14%. Sedang (Murtidjo, 1992) menyatakan karena pada umumnya serat kasar tinggi maka penggunaan tepung ini diperlukan sampai 15%. Dengan batas penggunaan 30% tepung limbah udang juga dapat digunakan sebagai suplemen makanan unggas dan ikan terutama sebagai sumber pigmen asthaxatin agar warna kuning telur dan daging menjadi cerah kemerahan (Sinurat, 1999). Sedangkan penggunaan diatas 20% dapat mempengaruhi pertumbuhan itik alabio jantan karena dapat mengurangi palatabilitas dan aroma sehingga nafsu mayam berkurang dan terjadi penurunan berat badan.

Minggu, 15 Februari 2009

" ITIK ALABIO"

II. TELAAH PUSTAKA

A. Karakteristik Itik Alabio

Adapun karakteristik itik Alabio menurut ( wikipedia) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animal

Phylum : chordata

Class : Aves

Ordo : Anferiformes

Famliy : Anatidae

Sub family : Anatinae

Genus : Anas

Spesies : Anas Plathycus Borneo

B. Sismatika itik Alabio menurut (Wasito dan Roehani,1994) adalah sebagai berikut:

1. Itik alabio mempunyai bentuk tubuh membuat garis segitiga dengan kepala kecil, berdiri tidak terlalu tegak membentuk sudut lebih kurang 60 derajat dengan dasar tanah.

2. Warna bulu itik betina kuning keabu-abuan dengan ujung bulu, sayap, ekor, dada, leher, dan kepala sedikit kehitaman.

3. Itik jantan berwarna abu-abu kehitaman dan pada ujung ekor terdapat bulu yang melengkung keatas, dengan warna kaki dan paruh kuning.

4. Dewasa kelamin itik Alabio betina pada umur 6 bulan dengan masa bertelur 8–10 per tahun, produksi telurnya mencapai 275 butir/ekor/tahun dengan berat telur 56-70 gram/butir.

5. Warna kerabang telur berwarna hijau kelabu.

6. Berat itik jantan saat dewasa dapat mencapai 1,75 kg dan berat badan itik betina

C.Keberadaan Itik Alabio di Kalimantan Selatan

Itik alabio adalah itik varietas Indonesia yang telah lama berkembang di Alabio di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan dan belum di ketahui asal usulnya. Yang jelas berasal dari itik liar, dan merupakan itik tipe petelur (rasyaf, 1992). Kemungkinan itik alabio adalah hasil persilangan antara itik peking dengan itik lokal, hal ini terbukti adanya kemiripan seperti, sikap dan bentuk badan, bentuk leher, bentuk kepala, warna kaki dan paruh yang sama-sama kuning, akan tetapi ukuran itik alabio lebih kecil dari itik peking (Rahardi dan Kastyanto, 1982).

Gambar 1. Itik alabio

Itik alabio (Anas Plathycus Borneo) dulu dikenal dengan sebutan itik banar atau itik bujur. Pemberian nama itik alabio dilatar belakangi kebiasaan orang yang ingin membeli bibit itik di pasar Alabio (Rahardi dan Kastyanto 1982).

Nama asing dari itik alabio adalah Indian Rinner. Itik ini gemar bertelur, bahkan terkadang dalam satu hari mampu bertelur 2 kali.

Dan dalam kurun waktu beberapa tahun dari tahun 2000 sampai dengan 2005, jumlah populasi itik semakin bertambah. Dan dapa dibuktikan dengan table yang merupakan hasil laporan tahunan dinas peternakan Kalimantan selatan

Table 1. perkembangan populasi itik alabio di Kalimantan Selatan

Tahun

Populasi (ekor)

Peningkatan (%)

2000

2. 276 277

-

2001

2. 454 150

7,81

2002

2. 649 321

7,95

2003

2. 748 628

3,75

2004

2. 925 664

6,44

2005

3. 487 002

16,09

Sumber:

Tabel 2.Keragaman beberapa jenis itik pada umur 8 sampai dengan 12 minggu

parameter

Jenis

Umur (minggu)

Bobot hidup (g)

Konversi pakan

Bobot dada

(g/Kg Karkas)

Total lemak

Alabio

8

1.290

2,94

88

179


12

1.670

4,52

116

256

Bali

8

1.320

2,76

94

169


12

1.620

4,45

125

248

Tegal

8

1.250

3,76

105

169


12

1.530

5,47

150

273

Sumber:

D.Pemilihan bibit

Bagi usaha peternakan itik yang ditujukan untuk memperoleh (memproduksi) telur konsumsi atau daging, lebih mudah dan tidak banyak menanggung resiko adalah dengan cara membeli anak itik umur 1 hari (DOD) atau membeli telur tetas. Oleh karena memproduksi telur tetas untuk dijadikan bibit (breder), tidak lah gampang, memerlukan pengetahuan dan pengelaman khusus. Tatalaksana pemeliharaan, makanan dan sebagainya tidak sama dengan cara pemeliharaan itik untuk memproduksi telur konsumsi (BIP, 1985)

Adapun menurut BIP (1985), ciri-ciri bibit anak itik yang perlu diperthatikan antar lain :

1. Penampilan tegap, gesit dan lincah.

2. Matanya agak menonjol, bening dan hidup (bercahaya).

3. Bagaian rongga perut terasa lembut tetapi kenyal.

4. Pusar kering dan tertutup

5. Kaki nampak kokoh

6. Bulu seperti kapas terasa halus dan lembut, mengkilap serta menutup seluruh tubuh dan tidak boleh ada cacat tubuh.

E.Pakan itik alabio

Apabila kita memelihara itik secara intensif dalam pemeliharaan yagn dipusatkan dalam kandang dengan ren dan kolam seperlunya, dengan sendirinya kita perlu menyediakan pakan yang memenuhi syarat-syarat bagi itik tadi, guna mencukupi keperluan untuk hidup pokoknya dan untuk menghasilkan telur yang memuaskan bagi pemelihara.

Sebenar faktor pakan sangat berpengaruh atau bahkan merupakan faktor yang berpengaruh dalam usaha peternakan itik alabio yang berkisar antara 60 sampai dengan 70 % dari seluruh biaya produksi.

Menurut Wirjoprajitno (1984), makanan itik terbagi tiga periode, berdasarkan umur itik yaitu :

1. Periode itik anak (umur 1-6 atau 8 minggu)

2. Periode itik sedang tumbuh (umur 6 atau 8-12 minggu) atau mulai bertelur

3. Periode itik bertelur ( lebih dari 12 minggu)

Dan adapun Syarat pakan yang baik untuk ternak itik adalah sebagai berikut :

  1. Ransum disusun dari bahan-bahan makanan yang mengandung gizi lengkap seperti protein, lemak, serat kasar, vitamin dan mineral. Susunlah dari beberapa jenis bahan makanan, semakin banyak ragamnya semakin baik,terutama dari sumber protein hewani.
  2. Setiap bahan makanan digiling halus, kemudian dipadatkan dalam bentuk pil atau butiran, agar jangan banyak tercecer waktu itik memakannya. Bahan yang biasa digunakan untuk pakan itik adalah; dedak, jagung, bungkil kedele, bungkil kelapa, lamtoro, ikan, bekicot, remis, sisa dapur, tepung tulang, kepala/kulit udang dan lain-lain.
  3. Jumlah pemberian dan kadar protein di sesuaikan dengan umur pertumbuhan dan produksi telur.
  4. Tempat makanan harus dicegah jangan sampai tercemar jamur ataupun bakteri. Jadi harus selalu dalam keadaan bersih dan kering.
  5. Sesuaikan jumlah tempat makanan dan minuman dengan jumlah itik, agar jangan

Tabel 3.Pedoman Pemberian Pakan pada 100 Ekor Itik Menurut Wirjoprajitno (1984).

Umur

Makanan selama

Jumlah

keterangan

A. Anak itik




1 minggu

2 minggu

3 minggu

4 minggu

5 minggu

6 minggu

1 minggu

1 minggu

1 minggu

1 minggu

1 minggu

1 minggu

6 kg

12 kg

18 kg

24 kg

30 kg

36 kg

Pada akhir minggu ke VI jumlah ransum sehari untuk 100 ekor 5,5 kg atau 55 gram/ ekor.

B. Itik muda

6-8 minggu

8-10 minggu

10-11 minggu

11-12 minggu

12-13 minggu

1 hari

1 hari

1 hari

1 hari

1 hari

6-7 kg

7-8 kg

8-9 kg

9-10 kg

10-11 kg

Pemberian makanan dari sistem bubur secara berangsur-angsur di rubah ke sistem tepung dan butiran. Makanan diberikan 3 kali sehari

C. Itik dewasa

3-4 bulan

4-5 bulan

5-6 bulan

Petelur & bibit

1 hari

1 hari

1 hari

1 hari

12-13 kg

14-15 kg

15-18 kg

Lebih 18 kg

Makanan diberikan 2 kali sehari, pagi makanan berbutir. Perlu disediakanbak yang diberi grit dalam kandang

Bahan pakan sumber energi untuk itik antara lain adalah dedak padi, jagung, tepung singkong, nasi kering, roti afkir, dan mie afkir, namun dalam pemberiann pakan sebaiknya tidak dalam bentuk kering. Sebagai contoh perendaman diperlukan jika itik diberi nasi kering, sehingga nasi tersebut agak menjadi lunak atau lembek dan dapat ditelan dengan mudah oleh itik

Bahan pakan sumber protei yang sangat disukai oleh itik dalam bentuk segar adalah ikah rucah, cangkang udan dan keong, namun pemberiannya harus dalam ukuran yang cukup kecil untuk memudahkan itik menelannya. Sealin itu berbagai jenis bahan pakan sumber protein yang berbentuk tepung dapat diberikan kepada itik antar lain bungkil kelapa, tepung ikan, bekicot.

Tabel 4. kandungan nutrisi beberapa bahan pakan.

Jenis bahan

Energi metabolis (kkal-kg)

Protein kasar (%)

Fosfor tersedia (%)

Kalsium tersedia (%)

Metionin (%)

Lisin (%)

Dedak padi

2.400

12,0

1.0

0,20

0,25

0,45

Menir

2.660

10,3

0,12

0,09

0,17

0,30

Jagung

3.300

8,5

0,30

0,02

0,18

0,20

Bungkil kelapa

1,410

18,6

0,60

0,10

0,30

0,55

cangkang udang

2.000

30,0

1.15

7,86

0,57

1,50

Ikan rucah segar

3.122

64,33

3,37

4,15

1,79

5,07

Tepung ikan

2.960

55,11

2,85

5,30

1,79

5,07

Tepung bekicot

2.700

44.0

0,43

0,69

0,89

7,72

Limbah roti

-

10,50

0,13

0,17

-

-

Tepung keong mas

-

46,20

0,35

2,98

0,30

1,37

Tepung singkong

3.200

2,00

0,40

0,33

0,01

0,07

Mengingat harga pakan yang lebih tinggi biayanya. Dan mempengaruhi biaya produksi sebesar 60-70% dari total pengeluaran usaha peternakan, untuk itu diperlukan alternative pakan seperti tabel diatas yang mempunyai kandungan yang tidak kalah dengan pakan komersil lainnya, namun dalam mencari bahan yang akan dipakai hendaknya berpegang pada kadar protein dan energi yang diperlukan itik. Contoh dalam pemanfaatan pakan alternative adalah dengan penggunaan cangkang udang. Yang dapat mempengaruhi kualitas telur

Table 5. Produksi telur di Indonesia tahun 2002-2006;

(000 ekor/head)

Jenis ternak

Tahun

2002

2003

2004

2005

Itik

21,8

21,2

22,2

21,4

Sumber: (Badan Pusat Statistik 2006)

Gambar 2. telur dan kuning telur itik alabio


Nilai gizi telur itik


Sebagai bahan makanan, telur mempunyai beberapa kelebihan. Telur mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh, rasanya enak, mudah dicerna, menimbulkan rasa segar dan kuat pada tubuh, serta dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan.

Dalam telur itik, protein lebih banyak terdapat pada bagian kuning telur, 17 persen, sedangkan bagian putihnya 11 persen. Protein telur terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.

Pada suatu penelitian dengan menggunakan tikus percobaan, diketahui bahwa telur mempunyai nilai kegunaan protein (net protein utilization) 100 persen, bandingkan dengan daging ayam (80%) dan susu (75%). Berarti jumlah dan komposisi asam aminonya sangat lengkap dan berimbang, sehingga hampir seluruh bagiannya dapat digunakan untuk pertumbuhan maupun penggantian sel-sel yang rusak.
Hampir semua lemak dalam sebutir telur itik terdapat pada bagian kuningnya, mencapai 35 persen, sedangkan di bagian putihnya tidak ada sama sekali. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol.

Fungsi trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur berbentuk emulsi (bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi, anak-anak, maupun golongan lanjut usia.

F.Pemanfaatan cangkang udang

Karakteristik udang menurut (wikipedia,2009) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Anthropoda

Upafilum : Crustacea

Kelas : Mala costraca

Ordo : Decapoda

Upaordo : Pleocyemata

Infraordo : Caridea

Udang merupakan sasaran eksport non migas yang di mulai digalakkan sejak tahun 1987 kini sudah menjadi industri yang handal dan memberikan banyak hasil. (Rasyaf.1990). udang yang di eksport itu umumnya tidak utuh dengan kulit pembungkus dan kepalanya, oleh karena itu dibagian ini lah yang dinamakan limbah industri udang. Limbah industri ud

ang ini ternyata dapt digunakan sebagai bahan makanan unggas, setelah dikeringkan dan digiling halus. Kualitas bahan makanan ini tentu saja tergantung pada bagian mana dari tubuh udang yang dijadikan limbah.

Cangkang udang dapat diolah menjadi tepung untuk makanan ternak dan ikan budidaya, akan tetapi karena kandungan chitinnya yag tinggi maka daya cerna tepung udang ini rendah, sehingga kurang disukai sebagi sumber protein. (Putro,1987). dengan batas penggunaan 30 % (Sinurat,1999) walaupun demikian tepung limbah udang sering dipakai sebagai suplemen makanan unggas dan ikan terutama sebagai sumber pigmen asthaxatin agar warna kuning telur dan daging menjadi cerah kemerahan. Sedangkan purwatiningsih (1995) menyatakan bahwa limbah yang berupa kepala udang masih bisa dimanfaatkan menjadi produk lanjut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi misalnya khitin, tepung ikan untuk pakan ternak, dan flavor udang.

Limbah cangkang udang dapat dimanfaatkan lebih optimal khususnya sebagian pengganti tepung ikan dalam pakan mendukung program peningkatan produksi peternakan. Terutama dalam usaha meningkatkan devisa eksport non migas. Hal ini mengingat bahwa Indonesia masih banyak mendatangkan tepung ikan dari luar dan jumlahnya selalu meningkat setiap tahun.

Adapun peluang dalam inovasi pengolahan limbah cangkang udang yang berbasis bio industri perikanan dan perlautan. Sebab, limbah tersebut merupakan sumber potensial pembuatan kitin dan khitosan, yakni biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang industri.

Kitin dan khitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia, enzimologi, obat-obatan, pertanian, pangan gizi, mikrobiologi, industri membran(film), tekstil, kosmetik, dan lain sebagainya. Diluar negeri teknologi pengolahan limbah cangkang udang ini sudah sangat maju sehingga mereka maapu menghasilkan produk khitosan dengan berbagai variasi dan kegunaan.

Cangkang udang jenis udang windu mengandung zat kitin sekitar 99,1%. Dengan teknologi sederhana dan bahan-bahan yang cukup murah, serta mudah didapatkan didalam negeri, dalam proses pengolahan limbah cangkang udang tersebut akan dihasilkan kitin dan khitosan yang cukup berkualitas, tetapi bahan bakunya berupa limbah dan bersal dari sumber daya lokal (local content) (Kurnia W Prasetyo,2002).

G. Kandungan cangkang udang

Cangkang udang terdiri dari kepala dan kulit, merupakan limbah yang banyak ditemui didaerah pantai terutama didaerah yang mempunyai pabrik udang dan penampungan udang untuk ekspor. Cangkang udang yang basah mempunyai kadar air 60-65% dan apabila dikeringkan mengandung 50% protein kasar, 11% calcium dan 1,95% fosfor. Pemberian cangkang udang kering hingga 30% dapat meningkatkan telur itik cukup tinggi (Kurnia W Prasetyo, 2002).

Kandungan gizi tepung cangkang udang adalah protein 53,74%, lemak 6,65%, karbohidrat 0%, serat kasar 14,61%, abu 7,72%, dan air 17,28% (Mujiman,1991). Sedang Rasyaf (1994) menyatakan tepung cangkang udang mengandung protein kasar antara 35% sampai 45% dan berkualitas baik disamping itu juga mengandung mineral yang baik, bagi unggas bahan makanan ini dapat digunakan sebagai pedamping atau dikombinasikan dengan tepung ikan dan bahan sumber nabati. Pada ayam petelur pemberian tepung cangkang udang dibawah 7% agar tidak mengganggu palatabilitas dan aroma, pada ayam pedaging dan unggas pedaging lainnya dapat diberikan antara 8% sampai 14%. Sedang Murtidjo (1992) menyatakan karena pada umumnya serat kasarnya tinggi maka penggunaan tepung ini diperlukan 15%.

Gambar 3. cangkang udang

H. Cara pembuatan tepung cangkang udang

Pembuatan tepung cangkang udang, prosesnya adalah sebagai berikut;

  1. penimbangan bahan baku, cangkang udang ditimbang untuk mengetahui bobot awal sebelum diproses.
  2. Perebusan, selanjutnya cangkang udang tersebut direbus sampai masak.
  3. Pengeringan,cangkang udang yang sudah direbus ditiriskan dan selanjutnya dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari atau menggunakan alat mongering samapai kadar airnya mencapai 15%.
  4. Penggilingan, cangkang udang yang sudah kering tersebut kemudian digiling dengan menggunakan mesin penggiling hingga menjadi tepung.
  5. Pengayakan, pengayakan dilakukan untuk memisahkan bagian-bagian yang kasar dari tepung tersebut.
  6. Penimbangan akhir, dilakukan untuk mengetahui berat tepung yang dihasilkan